Pages - Menu

Sunday 24 May 2015

Makalah Stroke

STROKE
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah berhentinya suplai darah  ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Candrasoma,2005). Hal ini dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah atau terhalanginya asupan darah ke otak oleh gumpalan. Terhambatnya penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena dapat menimbulkan kecatatan fisik mental bahkan kematian (Ginanjar,2012).
Stoke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Candrasoma, 2005).

            Stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa deficit neurologis dan bukan sebagai akibat dari tumor, terauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat
            Stroke merupakan penyebab kecacatan momor satu di dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Duapertiga stroke terjadi di Negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80%penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia (Candrasoma,2005)
Secara garis besar berdasarkan kealinan patologis yang terjadi,stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke Iskemik disebabkan adanya kejadian yang menyebabkan aliran darah menjadi menurun atau bahkan terhenti sama sekali pada area tertentu di otak
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebakan pendarahan intrakanial non traumatik. Pendarahan intrakranial yang sering terjadi adalah pendarahan intraserebral dan pendarahan subarakhnoid
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit stroke :,
1.      Faktor host (pejamu)
Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan artropoda, yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor pejamu yang berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa, umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, dan status gizi. Yang termasukdalam faktor pejamu adalah :
a.       Genetik, misalnya sickle cell disease
Stoke juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya dan pola hidup keluarga dapat mendukung resiko stroke.
b.      Umur, ada kecenderuangan penyakit menyerang umur tertentu.
Semakin bertambah usia, semakin tinggi resiko untuk mendapatkan serangan stroke.
c.       Jenis kelamin, ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada wanita.
Pria lebih beresiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
d.      Suku/ras/warna kulit, dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam di Amerika.
Berbagai penelitian menyatakan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam. Tingkat kejadian stroke tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina.
e.       Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.
Kadar gizi berlebih pada seseorang dapat menjadi pemicu terjadinya stroke. Misalnya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah otak yang bisa mengarah ke stroke.
f.       Keadaan imunologis : kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan (vaksinasi)
g.      Tingkah laku (behavior): gaya hidup (life stlye), personal hygiene hubungan antar pribadi, dan rekreasi.
Hubungan tingkah laku dengan terjadinya penyakit stroke adalah tentang bagaimana gaya hidup (life style). Pola gaya hidup yang salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, alkohol, rokok, dan jarang melakukan aktifitas olahraga sehingga mempercepat resiko seseorang terjangkit penyakit stroke.
Dalam upaya pencegahan maka diperlukan identifikasi epidemiologinya, bila dilihat dari faktor pejamu itu sendiri yang dapat merupakan sebagai faktor resiko stoke. Faktor resiko ini menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau mudah mengalami stroke. (Ginanjar,2012)
2.      Faktor Agent
Agent (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Agent ini dapat berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi, dan unsur fisik.
a.       Unsur biologis, terdapat bukti bahwa infeksi virus dan bakteri bersama dengan faktor resiko lain, dapat sedikit meingkatkan resiko timbulnya stroke dengan meningkatkan kemampuan darah untuk membeku.
b.      Unsur nutrisi, kelebihan zat gizi seperti tingginya kadar kolesterol, kadar gula, dan lemak dalam tubuh juga bisa menimbulkan stroke. Hal ini terkait dengan timbulnya penyakit stroke.
c.       Unsur kimiawi, zat-zat karsinogenik yang terus menerus terakumulasi dalam tubuh juga merupakan salah satu faktor penyebab penyakit stroke. Selain itu penggunaan alkohol, rokok, obat-obatan terlarang yang mengandung berbagai bahan kimia berbahaya bagi tubuh, juga akan semakin mempercepat seseorang terkena penyakit stroke.
d.      Unsur fisik, misalnya trauma mekanik. Trauma mekanik yang terkait dengan terjadinya penyakit stroke ini adalah seseorang terjatuh dan menghantam benda keras, kemudian meyebabkan pembuluh darah dalam otak menjadi pecah sehingga orang tersebut terkena stroke. (Ginanjar,2012)
3.      Faktor lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosia. Yang tergolong faktor lingkungan meliputi :
a.       Lingkungan fisik: geolog, iklim, geografik.
b.      Lingkungan biologis: misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber bahan makanan) dan fauna (sebagai sumber protein).
c.       Lingkungan sosial : berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang dan banjir).

Dari lingkungan sosial seperti urbanisasi, yaitu perpindahan masyarakat desa ke kota. Masyarakat desa yang awalnya memiliki gaya hidup sehat, tentu saja akan berubah mengikuti gaya hidup orang kota setelah mereka pindah dan bertempat tinggal dikota sehingga urbanisasi akan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke.
Dari lingkugan fisik, suhu tinggi merupakan penyebab utama terjadinya stroke. Suhu tinggi menyebabkan seseorang dehidrasi, sehingga penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk mendinginkan tubuhnya.( Ginanjar,2012)


Penyakit Stroke dan segitiga epidemiologi
Pada dasarnya dalam konsep segitiga epidemiologi ini, ketiga unsur di dalamnya seperti host, agent, dan enviromental dapat menentukkan tingkat kesehatan atau status kesehatan seseorang. Karena berkaitan denan terjadinya atau timbulnya penyakit pada individu tersebut. Hubungan ketiganya dapat diilustrasikan seperti timbangan. Di mana enviromental diposisikan sebagai penumpu sedangkan host dan agent diposisikan sebagai penyeimbang yang berada pada setiap sisi atau ujungnya. Dalam konsep ini bila ketiga unsur trias epidemiologi, yaitu host, agent, dan enviromental dalam keadaan seimbang, maka terciptalah keadaan sehat pada individu tersebut. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

H
 
 


 E
 
                                      

                                                             Gambar 1.1  
Gambaran tersebut bila dikaitkan antara konsep perjalan penyakit stroke dengan segitiga epidemiologi, maka dapat dikatakan bila penjamu (individu) tersebut sudah berinteraksi dengan agent (penyebab stroke) dan lingkungan, tetapi terjadi hubungannya positif atau seimbang, yang artinya masing-masing tidak ada yang dirugikan sehingga dapat dikatakan terciptalah keadaan yang sehat.
H
 
Seseorang dapat dikatakan tidak sehat atau sakit dalam kasus ini adalah penyakit stroke, apabila agent berhasil mengambil keuntungan dari lingkungan sehingga melemahkan kondisi host tersebut. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
                         
A
 
                                                                                         
E
 
 



Gambar 1.2
Ilustrasi tersebut jelas menggambarkan bahwa bila kondisi host menurun akibat daya tahan tubuh atau imunitas yang rendah, maka posisi agent seperti gaya hidup yang tidak sehat dan faktor resiko penyakit stroke yang mengambil alih posisi dominannya. Individu yang memang sudah memilii riwayat atau gen pembawa stroke serta penyakit lain pencetus stroke harusnya mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Karena bila kondisi tidak sehat atau tidak optimal sedangkan individu tersebut harus terus-menerus terpapar dengan agent, maka host tersebut menajdi tumbang dan kemudian sakit.
Perlu diingat bahwa keadaan sehat bukan hanya tercipta karena keadaan seimbang antara ketiga unsurnya, tetapi juga bisa terjadi apabila posisi host mampu lebih dominan dibandingkan posisi agent, sehingga posisi host pada tuas akan menjadi lebih berat dibandingkan dengan agent. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
A

 


             
E
H
                                                                                          
           
Gambar 1.3
Berdasarkan gambaran tersebut, maka penjamu atau seorang individu memang telah terpapar dengan agent dalam hal ini adalah faktor penyebab stroke tersebut, seperti gaya hidup yang tidak sehat, kurang olahraga, alkohol, atau penyakit pencetus stroke tersebut, tetapi individu tersebut masih dapat mempertahankan kondisi yang optimal. Kondisi optimal tersebut bisa saja terjadi apabila kondisi individu tersebut memang memilikiantibodi yang baik atau bisa juga karena memang tidak memiliki riwayat penyakit stroke bawaan atau genetik. Tetapi kondisi tersebut juga tidak dapat diabaikan karena stroke bisa saja tiba-tiba terjadi apabila akumulasi faktor resiko penyebab stroke sudah menumpuk di dalam tubuh host tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan sakit atau terkena penyakit apabila kondisi lingkungan berubah dan lebih memihak kepada agent. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.


 
E
H
A
             


Gambar 1.4
Bila dilihat dari ilustrasi tersebut, jelas bahwa seseorang bisa saja sakit karena agent lebih diuntungkan dengan kondisi lingkungan yang mendukung keberadaan agent tersebut. Gambaran tersebut terjadi apabila lingkungan disekitar host atau penjamu tidak sehat, misalnya tingkat polusi udara yang tinggi. Polusi udara merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit stroke, karena polutan-polutan tersebut mengandung zat kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, sehingga mempercepat seseorang terserang penyakit stroke. Awalnya zat-zat karsinogenik tersebut akan menyebabkan penyakit pencetus stroke seperti DM, jantung koroner, hipertensi, dan akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengarah ke penyakit stroke.   
Keadaan sehat juga dapat terjadi apabila posisi lingkungan lebih mendukung kondisi host. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

A

             
E
             
H
                                                                                                            

                                                                   Gambar 1.5
Gambaran tersebut terjadi pada saat, lingkungan di sekitar penjamu adalah lingkungan yang sehat. Dikatakan sehat karena suplay oksigen di udara optimal sehingga mampu meminimalisir polutan-polutan berbahaya bagi tubuh. Bila kondisi lingkungan optimal, maka posisi agent di sini akan melemah. Keberadaan pepohonan hijau akan membantu produksi oksigen itu sendiri, sehingga dengan udara yang sehat penjamu bisa optimal mempertahankan kondisinya.

A.    Riwayat Alamiah Penyakit Stroke
Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alamiahna sendiri jika tidak diganggu dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi perjalanannya. Proses suatu penyakit dimulai dari seseorang yang rantan penyakit dan di serang oleh agen patogenik yang cukup virulen untuk menimbulkan penyakit, perjalanan alami penyakit ini juga disebut dengan riwayat alamiah penyakit
A.1 Tahap Peka/ Rentan/ Pre pathogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat
Tahap Pre pathogenesis meliputi orang-orang yang sehat, tetapi mempunyai faktor resiko atau predisposisi untuk terkena penyakit Stroke. Faktor-faktor resiko dari penyakit tersebut adalah; usia dan jenis kelamin, genetika, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi, merokok, diabetes militus, penyakit jantung, arteriosklerosis, dislipidemi, alcohol dan narkoba, kontrasepsi oral, serta obesitas (Dewanto, 2009).
A.2 Tahap pragejala/ Sub-klinis
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ.  Pada penyakit non-infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histology mis : terjadinya aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Pada tahap ini sulit untuk diagnose secara klinis. Aterosklerosis adalah penyakit yang merupakan dasar serangan jantung (infark miokard) dan stroke (thrombosis serebri). Arterosklerosis ditandai dengan penebalan berupa bercak daru intima yang mengandung endapan lipidintrasel dan ekstrasel. Menjelang usia 15, penimbunan fokal kecil dari sel-sel otot polos berisikan lipid, dikelilingi oleh endapan lipid kaya kolesterol, membentuk “fatty streaks” (corengan berlemak) kuning dalam intima aorta yang tampak dengan mata telanjang. Mereka berangsur bertambah sampai 30% atau lebih dari permukaan intima menjelang umur 25, apakah corengan berlemak yang mncul dini adalah fisiologik atau merupakan precursor lesi aterosklerosis yang lebih lanjut, masih diperdebatkan, yang lebih patologik adalah plak fibrosa yang muncul pada orang yang lebih tua. Mereka tampak putih dan lebih teba, sehingga agak menonjol didalam lumen. Mereka timbul oleh proliferasi local dari sel-sel otot pols dari intima dan oleh migrasi sel-sel otot pols dari tunika media melalui fenestrasi dalam lamina elastika interna untuk bergabung dengan yang di intima. Normalnya, sel otot polos dinding srteri sangat lambt diperbarui,namun di tempat cedera pada endotel dan agregasi trombosit darah, seperti pada tahap awal aterosklerosis, berdasarkan faktor penumbuhan asal-trombosit (PDGF), yang merangsan proli-ferasi otot polos. Lipid berkumpul di dalam sekitar sel-sel ini dan mereka dirangasng untuk menghasilkan lebih banyak kolagen dan proteoglikans yang ikut menebalkan tunika intima. Dengan berkembangnya penakit ini, maka terjadi nekrosis sel, erosi endotel, dan agregasi trombosit untuk membentuk thrombus mural (bekuan darah) yang dapat menyumbat lumen (Bloom, 2002).
            Jadi proses utama yang terlibat dalam aterosklerosis agaknya adalah poiferasi setempat dari sel-sel otot polos, kelebihan produksi matriks eksternalnya, dan penimbunan lipid intra dan ekstrasel, penelitian tentang pathogenesis penyakit ini terpusat pada peran kolesterol, berbagai lipoprotein plasma, dan yang dibebaskan setempat oleh trombosit yang diaktifkan (Bloom, 2002).
            Kelainan pembuluh darah yang sering menimbulkan hipertensi dan stroke adalah stenosis (penyempitan) karena aterosklerosis, displasia (stenosis non aterosklerosis) dinding arteri di lapisan intima, lapisan media dan adventisia juga turut berperan. Di dalam lapisan intima terjadi fibroplasia intima, yaitu penimbunan jaringan fibrous sehingga lumen arteri menyempit. Pada lapisan media terjadi fibroplasias media, yaitu penimbunan jaringan fibrous dan atrofi otot polos, sehingga lumen arteri menyempit. Pada lapisan adventisia, terjadi penggantian dengan jaringan kolagen yang meluas ke jaringan ikat sehingga menjadi kaku dan sempit
A.3 Tahap Klinis (stage of clinical disease)
            Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dsn menimbulksn gejala. Tahap klinis pada penyakit Stroke tergantung pada neuroanatomi dan Vaskularisasinya. Gejala klinis dan deficit neurologic yang ditemukan berguna menilai lokasi iskemi (Dewanto, 2009).
1.      Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesis kontralateral yang terutama melibatkan tungkai.
2.      Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis dan hemihipestisi kontralateral yang terutama mengenai lengan di sertai dengan gangguan fungdi luhur berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) atau hemispatial neglect (bila mengenai area otak nondominan).
3.      Gangguan peredaran darah arteri serebri prosterior menimbulkan menianopsi homonym atau kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motorik maupun sensorik. Gangguan daya ingat terjadi apabila terjadi infark pada lobus temporaliss medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan dan splenium korpus kalosum. Agnosia dan porosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks rooksipitalis inferior.
4.      Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf cranial seperti disartri, diplopi dan vertigo; gangguan serebral, seperti ataksia atau hilang keseimbangan; atau penurunan kesadaran.
5.      Infark lekunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan mumi motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur (Dewanto, 2009).



A.4 Tahap Penyakit Lanjut/ Ketidakmampuan
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan
            Salah atu aspek yang tidak menguntungkandan menghancurkan dari beberapa penyakit akut dan kronis adalah hasil akhir yang berupa kecacatan atau ketidakmampuan. Pada stroke dapat menyebabkan penderitanya menjadi lumpuh (Timmreck, 2005).
A.5 Tahap Terminal (Akhir Penyakit)
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1.      Sembuh sampurna
2.      Sembuh dengan cacad (fisik, fungsional, dan social)
Kecacatn ada stroke umumnya dinilai dengan kemampuan pasien untuk melanjutkan fungsinya kembali seperti sebelum sakit dan kemampuan pasien untuk mandiri. Salah satu skala ukur yang aling sering dipakai untuk menggambarkan kecacatan akibat stroke adalah skala Raknin, sebagai berikut:
i)        Tidak ada distabilitas yang significant, dapat melakukan tugas harian seperti biasa
ii)      Distabilitas ringan, tidak dapat melakukan beberapa aktivitas seperti sebelum sakit, namun dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bentuan
iii)    Distabilitas sedang berat, tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
iv)    Distabilitas berat, di tempat tidur, inkontinisia, memerlukan perawatan dan perhatian (Pinzon, 2010).
Penelitian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari separuh (55%) pasien stroke sumbatan dapat mandiri dalam waktu 3 bulan pascaserangan. Ada 18% pasien yang mengalami kecacatan berat dan memerlukan bantuan dalam banyak aspek kehidupannya. Faktor yang berperan adalah keparahan stroke pada saat awal. Stroke yang menunjukan derajat keparahan yang tinggi saat serangan lebih sering dihubungkan dengan kecacatan pascastroke (Pinzon, 2010). 
3.      Karier
Bagi para stroke survivor, masalah belum selesai. Stroke dapat memberikan gejala sisa atau dampak lanjut. Bagi para stroke surviver, pencegahan serangan ulang pada penanganan gejala sisa stroke merupakan hal yang utama (Pinzon, 2010).
4.      Penyakit berlangsung kronik
5.      Berakhir dengan kematian
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu bagi para penyandangnya. Angka kematian akibat stroke di seluruh dunia masaihlah tinggi. Kematian paling tinggi dijumpai pada satu bulan pascaserangan stroke. Kematian akibat stroke ditemukan pada 10-30% [asien yang dirawat. Masa kritis umumnya dijumpai pada minggu-minggu pertama pasca serangan stroke. Chen, dkk (2006) menyimpulkan bahwa 68,3% kematian terjadi pada lima hari pertama perawatan di RS (Pinzon, 2010).
Kematian akibat  stroke perdarahann adalah lebih tinggi daripada stroke sumbatan. Penelitian McGuire, dkk (2007)menunjukan bahwa angka kematian stroke adalah 45,7% untuk pendarahan intraserebral 30,1% untuk stroke iskemik. Dalam satu tahun pengamatan, angka kematian akibat pendarahan intraserebral adalah 51,2% dan angka kematian stroke iksemik adalah 39,2%. Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kasus kematian akibat stroke terjadi pada dua minggu pasca-onset (Pinzon, 2010).
Pada stroke perdarahan, kematian terutama berhubungan dengan lokasi dan luas perdarahan di batang otak pada umumnya akan berakhir fatal. Penelitian menunjukan bahwa volume perdarahan yang lebih dari 60 cc dan lokasi perdarahan yang memiliki resiko kematian sebesar 93%. Pada perdarahan otak yang kurang dari 30 cc angka kematian adalah 23% (EUSI, 2006, EUSI 2009). Penelitian Nadeau, dkk (2006) menyimpulkan bahwa angka kematian stroke perdarahan dalam perawatan di RS adalah 15% dan 21% pada pengamatan 6 bulan setelah stroke (Pinzon, 2010).
Berbagai dampak pascastroke adalah depresi, kepikunan, gangguan gerak, nyeri, epilepsy, tulang keropos, dan gangguan menelan. Penanganan bersifat individual sesuai kondisi pasien (Pinzon, 2010).
Lima Tahap Pencegahan Penyakit Stroke
Sebelum sakit:
B.1 Mempertinggi nilai kesehatan (Health Promotion)
Health Promotion yaitu usaha yang merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Dalam mencegah penyakit stroke usaha tersebut dilakukan dengan cara mengubah gaya hidup, olahraga, kurangi  stres,  tambah serta kurangi kolesterol dan berhenti merokok (Hendrahadi,2008).
B.2 Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (specific protection
Usaha ini merupakan tindakan terhadap pencegahan penyakit-penyakit tertentu, contohnya dengan  Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak yang dapat mengurangi  risiko  tekanan  darah  tinggi   yang mengakibatkan stroke.  Selain  itu,  konsumsi  buah,  sayuran  dan  gandum  sangat  bermanfaat mencegah stroke (Hendrahadi,2008).
Masa sakit
B.3 Mengenal dan mengetahui penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (Early diagnosis & Promt Treatment), seperti
1.      Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation)
Detak   jantung   yang   tidak   wajar   menunjukkan   ada   perubahan    fungsi    jantung    yang mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak jantung  ini  mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran darah, yang mengakibatkan  stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.

2.      Waspadai gangguan sirkulasi darah
Stroke  berkaitan  dengan  jantung,  pembuluh  arteri  dan  vena.  Tiga  bagian  ini  penting  bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dari jantung  ke  otak.  Ketika  ada  tumpukan  lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini dapat diobati dengan  obat, bisa  juga  dengan  operasi  yang  mampu  mengatasi   hambatan   di   pembuluh   arteri   seperti tumpukan lemak.
B.4 pembatasan kecacatan dan erusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability Limitation), dengan:
1.      Pencegahan ABCDEFG yaitu:  
i)        A Asetosal, ace-inhibitor, antikoagulan: minum obat-obatan untuk kendalikan penyakit  faktor risiko.
ii)      B Beta blocker, body weight reduction: minum obat dan menurunkan berat badan.
iii)    C Cholesterol control  &  cigarette  smoking  cessation:  kendalikan  kolesterol  dan  berhenti merokok.
iv)    D Diabetes control & diet: kendalikan diabetes dan makanan.
v)      E Exercise & education: olahraga dan menambah pengetahuan.
vi)    F Family support: dukungan keluarga.
vii)  G Glucose oxidation preservation: memelihara oksidasi glukosa tubuh.(Hendrahadi,2008).
2.      Rutin memeriksa tekanan darah
Tingkat tekanan darah adalah faktor  paling  dominan  pada  semua  jenis  stroke.  Makin  tinggi tekanan  darah  makin  besar  risiko  terkena  stroke.  Jika   tekanan   darah   meningkat,   segera konsultasi ke dokter. Tekanan darah yang harus diwaspadai adalah jika angka  tertinggi  di  atas 135 dan angka terbawah di atas 85.
3.      Periksa kadar kolesterol dalam tubuh
Mengetahui  tingkat  kolesterol  dapat  meningkatkan  kewaspadaan  stroke.   Kolesterol   tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika  kolesterol  sudah  tinggi,  segeralah  menurunkannya  dengan memilih makanan rendah  kolesterol.  Agar  kolesterol  dalam  tubuh  tidak  berlebih  sebaiknya asupan lemak jenuh diganti dengan asupan asam lemak tak jenuh  seperti  Omega  3,  Omega  6 dan Omega 9.
4.      Kontrol kadar gula darah
Diabetes juga meningkatkan risiko stroke. Jika Anda penderita diabetes,  konsultasikan  dengan dokter, makanan dan minuman apa yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan gula darah.
B. 5 Rehabilitasi
Rehabilítasí stroke merupakan sebuah program komprehensíf yang terkoordínasí antara medís dan rehabílítasí dengan tujuan mengoptímalkan dan mernodifikasi kemampuarl fungsíonal yang ada. Gejala sísa fungsíonal yang dísebabkan karena deñsít motorik merupakan fokus utama program rehabílitasí stroke. Program rehabílítasí stroke sendírí telah terbukti dapat mengoptímalkan pemulíhan sehingga penyandang stroke mendapat keluaran fungsíonal dan kualitas hídup yang lebíh baík (Widiyanto, 2009).
Salah satu program rehabílítasí yang sering dipergunakan untuk mengembalíkan fungsí karena defisít motorik adalah program latíhan gerak. Dalam tekník mi dílakukan latíhan fungsíonal dan ídentífíkasí kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dilakukan, melatih penderita untuk hal-hal tersebut serta memastikan latihan ini dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dílakukan dalam bentuk aktivitas fungsíonal karena tujuan dari rehabílítasi tídak hanya sekedar mengembalíkan suatu pergerakan akan tetapi mengembalíkan fungsi (Widiyanto, 2009).











DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Ginanjar. 2012. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Edisi 2.Yogyakarta: Bfirst
Chandrasoma,Parakrama.2005. Konsep Dasar Penyakit Stroke. Jakarta: EGC
Rizaldy Pinzon. Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawaran dan Pencegahan. Andicopyright. Yogyakarta. 2010
Bloom & Fawcett. Buku Ajar Histologi Edisi 12. EGC. Jakarta. 2002
Riza Adella, April 2010, "Gambaran faktor resiko kejadian Stroke". Jurnal FKUI . Volume 6, No. 2

Maruli Hamdan, September 2008, “ Stroke. Epidemiologi,Patogenesis,Manifestasi klinis dan Penanganan”. Jurnal FKUI. Volume 2,No 3





No comments:

Post a Comment